Kamis, 27 September 2012

tongkat toya

Sejak zaman dulu, manusia memanfaatkan berbagai peralatan keseharian sebagai senjata untuk mempertahankan diri Salah satu peralatan keseharian itu adalah tongkat.
Tongkat dari batang kayu atau bambu ini umumnya digunakan sebagai pemikul, baik memikul barang dagangan atau membawa ember kayu berisi air. Selain itu, tongkat juga dipakai sebagai alat bantu berjalan.
Konon, berdasar catatan sejarah, penggunaan tongkat sebagai senjata dipelopori oleh pendeta Zen Budha, Dharma Taisi atau Budhi Dharma pada pada tahun 517 SM.
Kemudian penggunaan tongkat sebagai senjata diajarkan kepada para murid dan pendeta di kuil Budha (kemudian dikenal sebagai kuil Shaolin) tempat Budhi Dharma mengabdikan hidupnya.
Seiring pengaruh seni beladiri Kungfu pada seni beladiri asli Okinawa, penggunaan tongkat sebagai senjata juga diterapkan kalangan pebeladiri di pulau kelahiran Karate tersebut.
Dalam khasanah beladiri di Okinawa, senjata tongkat ini dikenal dengan sebutan Bo. Keberadaan Bo melengkapi jenis persenjataan dalam beladiri Kobudo selain Sai (trisula), Kama (clurit) dan nunchaku (double stick).
Seperti halnya di Cina, dalam aktivitas keseharian masyarakat Okinawa fungsi tongkat juga menjadi alat pemikul (tenbin). Ketika keadaan memaksa, seperti halnya saat pemerintah kerajaan Jepang (1314 M) melarang masyarakat Okinawa membawa senjata tajam, Bo menjadi alternatif alat membeladiri.
Sebagai alat bertahan dan menyerang, ukuran Bo disesuaikan dengan postur tubuh pengguna. Standar Bo berupa batang kayu lurus sepanjang 180 cm dengan diameter titik tengah 3,25 cm dan diameter kedua ujung 2 cm.
Kontur Bo memang tidak sama antara tengah dan kedua ujung. Bagian tengah berdiameter lebih tebal dan bagian ujung mengecil. Hal ini bertujuan untuk keseimbangan, memudahkan penguasaan atau kontrol gerak, mengurangi kepadatan dan meningkatkan kelenturan.
Dari segi fisik, bentuk Bo sangat bervariatif. Selain berbahan kayu, juga ada berbahan bambu. Tentunya pemilihan bahan dan bentuk Bo terkait dengan selera pengguna dan pemanfaatan senjata tersebut.
Teknik memainkan tongkat ini antara kalangan pebeladiri di Cina dan Okinawa (Jepang), memiliki perbedaan yang mendasar, baik dari cara memegang maupun mengayunkan tongkat untuk menangkis dan menyerang.
Di tangan praktisi Kungfu atau Wushu, tongkat yang dikenal dengan nama toya ini dimainkan secara luwes dan penuh variasi gerakan. Sementara di tangan praktisi Kobudo dan Karate, pergerakan Bo lebih to the point, tidak banyak variasi namun langsung diarahkan untuk bertahan dan menghajar lawan.

tonfa

Tonfa (Okinawan: トンファー tonfaa, Chinese: ; pinyin: guǎi), dikenal dengan tong fa atau tuifa, adalah senjata Okinawan.Tonfa adalah jenis senjata tongkat berasal dari Okinawa, berbentuk sederhana, tongkat lurus dengan pegangan tegak lurus dekat salah satu ujungnya. Alat ini sering kita lihat tergantung pada pinggang para aparat kepolisian yang sedang bertugas mengatur lalu-lintas, yang melakukan pengamanan demonstrasi ataupun yang menangani kerusuhan. Perlu diketahui bahwa alat ini sebenarnya berasal dari Okinawa zaman kuno, tongkat sederhana yang akhirnya berkembang menjadi senjata dalam beladiri selama berabad-abad.
Dikatakan bahwa tonfa pada awalnya adalah pegangan kayu yang terdapat pada sisi dari gilingan (millstone) atau bagian dari kekang kayu pada kuda -- yang dapat dengan mudah dilepaskan dan dipasang kembali --, dan yang kemudian dikembangkan menjadi senjata saat petani-petani Jepang dilarang menggunakan senjata tradisional mereka. Sumber lain mengatakan bahwa jenis senjata ini memiliki sejarah yang lebih menarik jauh ke belakang ke masa seni beladiri Tiongkok, dan kemudian menyebar dalam budaya Indonesia dan Filipina.  Jenis senjata ini juga terlihat di Thailand sebagai Mae Sun Sawk dengan sedikit perbedaannya.
Senjata ini dalam masa sekarang diadaptasi oleh pihak keamanan sebagai tongkat polisi. Bentuknya seperti tongkat pendek dengan pegangan tegak lurus membentuk huruf T, dengan pelindung jari pada pangkal pegangan yang pendek. Menurut cerita, Tonfa diciptakan dari pegangan untuk alat penggilingan beras. Senjata ini juga terdapat dalam ilmu-ilmu beladiri dari Asia Tenggara. Dalam beladiri, digunakan sepasang Tonfa. Tonfa dipegang di bagian yang pendek sehingga bagian tonfa yang panjang melindungi lengan, sehingga dapat digunakan untuk menangkis senjata tajam.

triple stick/sansetsukon

Kaisar Taizu adalah seorang ahli ilmu bela diri, ia menciptakan jurusnya sendiri yang merupakan pengembangan dari kungfu Shaolin, yaitu Chang Quan (长拳, secara harafiah berarti Tinju Panjang) yang juga dikenal dengan nama Taizu Quan (太祖拳). Jurus ini menitikberatkan pada gerakan yang lincah, cepat, dan kuat. Jurus ini menjadi dasar dari wushu modern aliran Chang Quan. Selain itu, Kaisar Taizu juga dianggap sebagai penemu triple-stick. Di kemudian hari, senjata ini dikembangkan oleh maestro kungfu abad XX, Bruce Lee, menjadi double-stick yang penggunaannya lebih efisien dan mudah dibawa-bawa.
 Sansetsukon adalah senjata mirip Nunchaku, berupa tiga buah tongkat yang dihubungkan dengan rantai atau tali. Menurut cerita, senjata ini berasal dari China, seorang pendekar bertarung dengan menggunakan tongkat panjang, kemudian tongkat itu patah menjadi 3 bagian. Ia lalu menyambung potongan-potongan tongkatnya sehingga menciptakan senjata baru yang disebut san jie gun (bhs. China untuk Sansetsukon). Sansetsukon dapat digunakan dengan efektif untuk melawan senjata panjang seperti Bo. Senjata ini dapat digunakan untuk memukul, menyodok, mengunci lawan, dan mencambuk.

double stick/nunchaku




Nunchaku (Tionghoa: 棍 双节 Shuang Jie Gun, 两 节 棍 liǎng jie gun, atau 三节棍 san jie gun; Jepang: ヌンチャク, 双节 棍; juga dikenal sebagai nunchucks, chuck, atau "tongkat berantai") adalah senjata tradisional Jepang dan terdiri dari dua batang kayu di ujungnya, tersambung dengan rantai pendek atau tali. Kata nunchaku dipercaya berasal dari pelafalan Jepang terhadap istilah Cina untuk Tongkat dua bagian (Chang Xiao Ban). Namun bisa saja berasal dari nun (ヌン), berarti "kembar" and shaku (尺), panjang rata-rata dua bagian nunchaku.Nunchaku di kenal sebagai senjata simpel yang terdiri dari dua buah tongkat mini yang digabungkan dengan rantai atau tali ternyata memiliki sejarah yang unik. Karena awalnya Nunchaku bukanlah sebuah senjata. Tapi, alat untuk menumbuk padi di daerah Asia. Terdapat perbedaan pendapat terkait asal-usul senjata unik ini. Namun ada persamaan keduanya. Sebagian mengatakan kalau alat ini berasal dari Kep. Ryu Ryu di daerah jepang ada juga yang mengatakan berasal dari Cina. 
Senjata ini awalnya adalah alat untuk menumbuk padi. Benda ini sekaligus di jadikan senjata oleh para petani pada zaman dahulu karena ada larangan untuk para petani menggunakan senjata tajam seperti pisau atau pun panah. Namun, karena pada masa itu para perampok menunjukka taringnya, maka para petani sangat membutuhkan senjata untuk melindungi diri. Awalnya benda ini tidak sam panjang antara yang satu dengan yang lain. Yang satu memiiki ukuran panjang 40 cm dan yang lain kira-kira 170cm. Karena merasa sulit untuk menyimpan benda ini, maka seiring perkembangan zaman benda ini pun di buat dengan ukurn yang sama. Dengan tujuan agar mudah di simpan dan di sembunyikan.
 Ada juga yang mengatakan ini adalah penarik perhatian yang awalnya di gunakan untuk memberitahukan adanya kebakaran atau yang lainnya. Seperti halnya pentungan saat ini. Yaitu dengan memukulkan bilah yang satu dengan yang lainnya.

Pada awal tujuh puluhan dunia perfilem-an maupun dunia Martial Art dihebohkan oleh kahadiran seorang seniman Martial art yang bernama Lie Sao Lung atau lebih populer disebut Bruce lee. Saat itu Bruce seakan membawa sesuatu yang baru terutama tehnik beladiri yang disebut tinju China atau kungfu.
Selain mengenalkan kungfu, Bruce juga memperkenalkan sebuah senjata yang cukup unik yang berupa dua bilah kayu yang dihubungkan dengan rantai yang disebut double stick atau nunchaku. Saat itu para penonton film benar benar terpesona dengan permainan nunchaku yang dilakukan oleh Bruce Lee



Kepopuleran nunchaku yang memiliki daya hancur kuat, membuat nunchaku dianggap sebagai alternatif senjata yang cukup mematikan. Terlebih bentuknya yang relatif simpel dan kecil sehingga mudah untuk disembunyikan, membuat senjata ini dinilai sebagai senjata favorit dan cukup berbahaya. Tidak sedikit para kriminal yang menjadikan nunchaku sebagai senjata pilihannya, disamping pisau atau pistol. Karena dinilai cukup berbahaya, dibeberapa negara nunchaku dianggap sebagai senjata ilegal, seperti misalnya di Canada, Singapura, atau beberapa negara bagian Amerika Serikat. Dengan larangan ini nunchaku menjadi satu satunya senjata tumpul masuk kategori senjata berbahaya.
Meski dibeberapa negara nunchaku dianggap senjata ilegal, minat terhadap nunchaku tidak surut. Bahkan banyak anak muda yang bukan penggemar beladiri, menjadikannya nunchaku sebagai barang mainan. Untuk menghindari dari jeratan hukum, mereka membuat nunchaku dari bahan bahan yang tidak berbahaya seperti dari plastik, atau pipa pralon. Mereka juga menggembangkan berbagai tehnik bermain nunchaku. Tehnik ini kemudian di sebut Freestyle nunchaku. Pada tehnik ini yang lebih menonjol bukan tehnik untuk beladiri, namun lebih pada keindahan dan ketrampilan memainkan nunchaku. Maka kemudian lahirlah tehnik tehnik freestyle seperti wrist spin, back roll, front roll, tornado, huricane, dll. Dalam perkembangannya kemudian tehnik free style ini justru banyak dipelajari juga oleh para ahli beladiri yang mempelajari nunchaku.